PT. Freeport Siap Naikkan Royalti yang Hanya 1%
Jakarta - Sudah setahun lebih pemerintah dan PT
Freeport Indonesia melakukan renegosiasi beberpa perjanjian kontrak,
salah satunya soal royalti emas yang selama ini hanya dibayar Freeport
1%, padahal sejak 2003 harusnya 3,75%.
Presiden Direktur PT
Freeport Indonesa Rozik Boedioro Soetjipto mengatakan, ada 6 poin
renegosiasi yang masih dibahas. Poin tersebut adalah soal pembangunan
smelter atau pengelolaan tambang mentah, soal pemangkasan luas wilayah
tambang, peningkatan royalti, penggunaan produk dalam negeri,
perpanjangan kontrak Freeport, serta divestasi saham.
"Kami siap
untuk mengikuti kemauan pemerintah soal pembayaran royalti," kata Rozik
dalam pertemuan di kantornya, Jakarta, seperti dikutip, Rabu
(24/4/2013).
Selama ini, Freeport membayar royalti emasnya hanya
1% dari harga jual dikali tonase. "Kami siap menaikkan royalti 4% untuk
perak, 3,75% untuk emas, dan 3,25% untuk tembaga. Semua dinaikkan,"
jelas Rozik.
Dalam aturan royalti pertambangan pada Peraturan
Pemerintah (PP) No.45/2003 tentang Tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP) yang berlaku, royalti emas ditetapkan sebesar 3,75% dari harga
jual kali tonase.
Rozik mengatakan, apabila royalti ini
dinaikkan, maka pemerintah akan mendapatkan tambahan pendapatan sekitar
US$ 80 juta-100 juta.
Namun pembayaran royalti ini baru berlaku
apabila 6 poin renegosiasi telah tercapai. Sampai saat ini, untuk
pembangunan smelter, Freeport menyatakan akan melakukan kajian atau
feasibilty study (FS) untuk pembangunan di Gresik dengan mengundang 3
partner. Namun yang pasti, sampai 2014 Freeport belum bisa membangun
smelter sehingga masih harus melakukan ekspor konsentrat emas dan
tembaga.
Meskipun di 2014, pemerintah sebenarnya telah melarang
ekspor tambang mentah dari Indonesia, agar industri hilir pertambangan
lewat smelter bisa berkembang. Namun Freeport menyatakan diberikan
kompensasi, asalkan studi kelayakan dibuat. Tapi kapan studi ini akan
selesai? "Feasibilty study tidak sampai setahun kok," kata Rozik.
Lalu
terkait penciutan lahan tambang di Papua, pihak Freeport menyatakan,
Freeport tidak mungkin menciutkan lahan tambangnya hingga 25 ribu
hektar, karena saat ini wilayah tambang Freeport dari panjang dari
ketinggian 4.200 hingga ke batas pantai. Sehingga yang bisa
dipertahankan sekitar 158 ribu hektar.
Terkait divestasi saham,
Freeport menyatakan siap melakukan divestasi saham hingga 10,64% hingga
2021, dan divestasi dilakukan bertahap. Siapa yang akan membeli saham
Freeport? Rozik mengatakan hal tersebut terserah pemerintah pusat.
"Saat
ini divestasi sudah 9,36% yang dimiliki pemerintah pusat, nanti sampai
2021 akan ditawarkan sampai 10,64%. Jadi totalnya 20%. Ada juga opsi IPO
namun masih kajian," papar Rozik.
Sumber