Manusia Makhluk Ribet
Parade hari-hari
bagai geliat riak lautan, membusa, menggunung, menerkam, kadang-kadang
menghempas. Ketika matahari melamun di angkasa, aku tepikur menyiangi
wajah dibawahnya, terpanggang, dan hatiku saat itu terluka.
Suatu hari ketika kupandangi dermaga, matahari memanjat langit dari ujung sana, lalu merangkak pelan-pelan ke atas, aku baru tersadar, hidup ini terlalu panjang untuk disingkat.
Namun, kawan, aku kehabisan tenaga untuk terus berlari. Dahulu kusangka, jika kupanasi hatiku tentang nafsu kehidupan semangatku juga akan melambung. Sekian waktu kunanti, kukumpul-kumpul asa itu, tertatih kulempar pikiran pecundang yang kian hari kian ganas hendak merusak, dan tak kunjung kepedulian hidup berpihak padaku.
Aku benci jika harus duduk lagi merenung, sedangkan orang-orang sejak pagi telah berlari pontang-panting, terluka, berkeringat, dan tertawa puas.

Ditengah pijatannya Ia memintaku menjawab pertanyaanya, "Kau tahu, kawan, apa yang membuatku tak surut mempertahankan teoriku tentang 'Manusia adalah makhluk ribet' sepanjang zaman itu?"
"Ingatkah kau ketika Pak Kasim hampir menamparku karena masalah ini?" Pijatannya mengeras, namun sakitnya masih bisa kutahan.
"Sandainya Pak Kasim memberiku sedikit waktu untuk menjelaskan teoriku itu," Kini Ia meremasku seperti tepung adonan, aku meringis, tetapi Ahmad sedang serius Ia tak peduli.
"Percayalah, Pak Kasim akan sujud minta disahkan jadi muridku!!"
Krek"
"AAAhhhh..." Kakiku diplintir
"Apa-apaan kamu, Mad? Kakiku bisa patah. Kau mau bayar biaya Dokter kalau aku sampai masuk rumah sakit?!" kataku
"Beeh, apa katamu, kawan? itulah kubilang, manusia adalah makhluk paling ribet, kenapa kau harus bayar mereka untuk sesuatu yang masih bisa kau urus sendiri?!"
"Lihat dirimu, kawan, kau terjajah, pikiranmu dirampok, dunia ini sesungguhnya telah menyita setiap aset dalam dirimu itu,"
Apa-apaan ini? apa segala aset-aset? dirampok, siapa yang dirampok? apa maksud Ahmad? pikirku
"Bersambung"
Tulisan Ridwan